Kenapa Hewan Dibunuh di Hari Raya?

Oleh: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari

23-Nov-2022


Saveero, 12 tahun (S3): “Abah, kenapa banyak hewan dibunuh saat idul Adha, mereka salah apa?”

Abah: “Untuk menjawab itu, Abah harus ngajak Mas Safir mikir dulu sebentar ya. Mas makan nggak tiap hari?”

S3: “Makan”

Abah: “Makan Apa?”

S3: “Makan nasi, kadang roti.”

Abah: “Ada lauknya nggak nasi?”

S3: “Ada lah!”

Abah: “Apa lauknya?”

S3: “Kadang ikan, kadang ayam.”

Abah: “Itu hewan bukan?”

S3: “Iya”

Abah: “Iya, salah apa hewan itu kok dimatiin terus Mas masukin ke mulut lagi itu hewan!” 

S3: “hmmmmm .. tapi kan Mas gak bunuh hewannya.” (bingung)

Abah: “Memang, Mas gak langsung matiin hewan dengan tangan Mas sendiri. Tapi hewan itu yang jelas sudah mati, sudah berkorban untuk tenaga dan kebutuhan Mas Safir bertahan hidup!”

S3: “Berarti Mas gak usah makan daging atau ikan kalau gitu, kasihan. Mereka jadi mati gara-gara Mas.”

Abah: “Terus makan sama apa?”

S3: “Ya nasi, sayur, buah!” 

Abah: “Mereka makhluk hidup juga bukan?”

S3: “Iya..”

Abah: “Bukankah Mas Safir juga mengambil bagian ‘tubuh’ mereka?” 

S3: “Tapi kan Mas gak matikan tumbuhannya!” 

Abah: “Bener juga, tapi Mas Safir tahu, beberapa tumbuhan untuk dimakan, kita harus membuat mereka tidak tumbuh lagi alias mati. Ketika makan padi, ketika makan singkong, ketika makan umbi, kita menebang mereka. Kita mematikan mereka. Kan kasihan juga dong. Kalau Mas nggak mau, Mas boleh makan yang lain kok yang bukan makhluk hidup.” 

S3: “Apa?”

Abah: “Batu, tanah, angin, air.”

S3: “Yah kan batu tanah nggak bisa dimakan.” 

Abah: “Jadi bisakah kita bertahan hidup dengan tanpa sama sekali mengorbankan makhluk lain?”

S3: “Sepertinya tidak bisa ya Abah?”

Abah: “Manusia di turunkan ke bumi itu kan untuk khalifah, untuk memang menjadi makhluk utama yang akan mengatur kehidupan di bumi. Makhluk-makhluk lain itu diciptakan Penciptanya, memang untuk pelengkap hidup manusia. Sebagiannya boleh dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Sepertinya kita kejam, tapi kenyataannya, hewan dan tumbuhan itu meski tidak dimatikan manusia, mereka juga akan mati sendiri secara alami di alam. Nah Allah, membolehkan kita memanfaatkannya untuk kebutuhan kita asal tidak berlebihan. Tahu nggak yang dimaksud berlebihan itu seperti apa?”

S3: “Nggak, seperti apa Abah?”

Abah: “Misalnya kita sampai mengeksploitasi, atau mengambilnya tanpa memperhatikan keseimbangan di dalamnya. Dalam aturan agama kita, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah, ada panduannya jika kita ingin memanfaatkan hewan. Misalnya, kita tidak boleh membunuh hewan hanya untuk kesenangan, seperti berburu tapi hewan itu tidak dimakan, begitu saja dimatikan untuk sekadar bersenang-senang. Kita hanya boleh membunuh hewan jika sekadar untuk kebutuhan konsumsi atau dimakan.”

S3: “Kalau ada orang memelihara burung begitu, terus dikandangin bagaimana Abah?”

Abah: “Mungkin orang itu ingin menyayangi burungnya Nak, kasih makan tiap hari. Atau ada juga kan orang yang kasih makan kucing tiap hari. Tapi kalau Abah memilih, jika kita sayang hewan, justru kita tidak boleh kandangin hewan itu yang bukan hewan untuk dikonsumsi. Dengan dikandangin mereka kan seperti dipenjara, tidak dibiarkan bebas. Burung misalnya tidak bisa terbang kan? Demikian juga jika kita sayang sama hewan sebaiknya kita juga tidak kasih makan itu hewan.”

S3: “Kan burung di kandang dikasih makan Abah. Berarti orang kan bantuin burung.”

Abah: “Burung jika terbang sebetulnya memiliki kemampuan alami untuk mencari makanannya sendiri. Jika tidak punya kemampuan itu, mungkin burung di dunia ini sudah punah. Kenyataannya burung yang di luar sana, tidak dikandangin, kan lebih banyak daripada yang dikandangin.”

S3: “Kalau ngasih makan kucing, kan berarti kita kasih rejeki kucing kan?

Abah: “Ya setiap orang punya alasannya sendiri Nak. Mungkin niatnya baik. Tapi kalau Abah, niat baik saja tidak cukup. Jika kita sayang kucing, justru sebaiknya kucing tidak dikasih makan. Ketika manusia kasih makan, apakah kucing itu jadi rajin berburu tikus?”

S3: “Nggak tahu…”

Abah: “Kucing di komplek kita banyak nggak?”

S3: “Banyak banget..”

Abah: “Pernah lihat kucing berburu tikus atau nangkap tikus di komplek kita?”

S3: “Nggak. Mungkin mereka melakukannya saat kita tidur di malam hari?”

Abah: “Mas pernah lihat tikus di got di komplek kita?”

S3: “Sering. Oh iya, Mas sering kok lihat bahkan lewat di depan tikus. Tapi kucingnya nggak ngejar.”

Abah: “Itulah Nak, jika kucing itu sering disubsidi, sering dikasih makan, maka sebetulnya dia tidak minat lagi berburu. Kemampuan alamiah kucing jadi hilang. Tapi sekali lagi, tiap orang kan punya alasan masing-masing. Itu cuma pendapat Abah. Pendapat Mas gimana?”

S3: “Mas ikut Abah deh. Tapi kenapa hewan dibunuh dan dikorbankan di hari raya, Mas belum paham.”

Abah: “Setidaknya ada dua alasan kenapa hewan yang dikurbankan. Pertama, hewan ternak zaman dulu adalah salah satu tanda kekayaan seseorang. Dulu kan manusia disebut kaya jika punya emas, perak, hewan ternak dan lahan pertanian. Belum ada mobil, motor, pesawat jet, dan lainnya. Ketika kita mengurbankan harta kita untuk Allah Subhanahuwata’ala tanda kita sebagai manusia tidak mencintai harta kita melebihi cinta kita kepada Pencipta kita. Siapa Pencipta kita Nak? “

S3: “Allah Allah Subhanahuwata’ala. Memang kalau pengen kaya tidak boleh?”

Abah: “Abah tidak ngomong begitu. Menjadi kaya lebih baik bahkan. Di Al-Qur’an semua anjuran itu memberi, bukan meminta. Untuk memberi kita harus punya sesuatu bukan? Berkurban adalah latihan dari Allah agar manusia tidak berlebihan memegang dan mencintai hartanya. Gini deh, misalnya Mas Safir sakit, terus masuk rumah sakit, terus butuh biaya. Eh ternyata Abah malah nggak masukin Mas ke rumah sakit karena Abah merasa ‘bayar rumah sakit mahal.’ Padahal Abah ada uang. Tapi Abah malah ngomong ‘sayang uangnya, mending buat beli iphone 30 terbaru.’. Gimana perasaan Mas? Abah berarti lebih sayang Mas atau sayang uang Abah?”

S3: “Berarti Abah nggak sayang Mas, lebih sayang uang Abah dong. Eh emang sudah ada iphone 30?”

Abah: “Hehe itu misalnya Nak. Nah demikian juga, jika seseorang karena merasa bekerja keras, sukses, cerdas lalu mampu menghasilkan atau mendapatkan harga yang banyak dan lalu tidak mau berbagi itu namaya dia terlalu mencintai hartanya. Allah ingin kita mengajarkan itu. Paham Nak?”

S3: “Paham Abah. Kedua apa Bah?”

Abah: “Kedua, Mas tahu nggak, sebelum zaman Nabi Ibrahim, karena ilmu pengetahuan manusia yang terbatas, manusia ketika mendapatkan musibah seperti gunung meletus, gempa, banjir dan lainnya, manusia sering berprasangka ‘alam murka’. Karena itu mereka merasa harus memberikan ‘sesembahan’ kepada Penguasa Alam. Sesembahan itu bahkan mereka mengorbankan anaknya sendiri. Bukan tidak sayang. Mereka ingin membuktikan bahwa bahkan yang mereka cintai bisa dikorbankan demi baktinya pada Penguasa Alam Semesta. Setelah turun wahyu Allah pada Nabi Ibrahim, itu diluruskan bukan manusia yang dikorbankan tapi hewan peliharaan.

S3: “Kenapa harus kegiatan mengorbankan sesuatu?”

Abah: “Jika kita ingin sebuah tujuan, ingin sukses, ingin medapatkan cita-cita kita, kan memang semua harus dibayar dengan pengorbanan, tidak ada yang tidak dibayar dengan pengorbanan Nak. Pengorbanan itu mungkin tidak selalu harta atau apa yang kita miliki. Pengorbanan itu bisa berupa kelelahan, keletihan kita belajar. Abah tahu kan Mas sudah bisa editing video dan bikin animasi sendiri. Nah Mas langsung bisa nggak?” 

S3: “Nggak.”

Abah: “Mas belajar berkali-kali kan?”

S3: “Iya. Mas bisanya berbulan-bulan.”

Abah: “Nah, tidak ada yang tidak dibayar dengan itu Nak. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Tahu kan artinya?”

S3: “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” 

Abah: “Benar. Nah tinggal Mas mau milih lelah di dunia, senang di akhirat atau mau santai di dunia, susah di akhirat.”

S3: “Milih lelah di dunia ya Abah?”

Abah: “Pilihan ada di Mas. Tugas Abah kan hanya menyiapkan Mas jadi manusia dewasa. Mas akan menjalani hidup Mas sendiri tanpa Abah. Baik dan buruk bukan urusan Abah lagi. 

S3: “Mas sayang Abah… “ (meluk). 



9 Komentar



Komentar :

Indri
Posted : 24-11-2022
Maasyaallah keren banget diskusinya Abah! Anak saya yang pertama juga pernah bertanya semacam ini waktu Idul Adha. Alhamdulillah setelah saya jelaskan seperti Abah (manusia adalah Khalifah, yang penting tidak berlebihan/mengeksploitasi), juga manfaat berkurban (secara spiritual maupun sosial), akhirnya anak saya paham. Dan sekarang sedang semangat nabung untuk berkurban.


Dwi Rahayu
Posted : 24-11-2022
Masyaa Alloh.. jawaban yg luar biasa.. menginspirasi banyak sekali belajar lewat Abah Ihsan.. insya Alloh Bermanfaat bah... matur suwun..


Rini
Posted : 24-11-2022
Lengkap banget Abah ..dialognya.. ya Allah.. Kadang kita hanya berhenti di pembahasan tentang ketaatan pada Allah. Soal kucing yang disediakan makanan terus, bener banget itu . Naluri mereka berburu tikus jadi meluntur...


Pipit
Posted : 24-11-2022
Masya Allah... selalu berdaging bahasan abah sama anak2. Siapndi contek..buat nambah wawasan...


Wiwit ismarningsih
Posted : 24-11-2022
Sangat.Mendidik jawabab si abah