S4: “Abah, kalau memang tidak boleh dimakan, kenapa makanan itu diciptakan Allah?”
Abah: “Sebetulnya ada banyak pilihan jawabannya. Abah mau tanya, apakah di bumi ini hanya ada manusia?”
S4: “Tidak.”
Abah: “Di bumi ini ada ciptaan-ciptaan Allah. Ciptaan itu bahasa arabnya makhluq. Yang menciptakan disebut Khaliq. Apa artinya makhluk Nak?”
S4: “Ciptaan Allah!”
Abah: “Benar. Ciptaan itu ada yang hidup, ada juga yang mati. Atau dalam istilah lain disebut makhluk hidup dan makhluk mati. Makhluk mati sering disebut benda mati. Coba sebutkan, benda mati apa saja yang ada di bumi yang Mas Safir tahu?”
S4: “Batu, tanah, air. Apalagi ya? Pasir.. angin… benar?”
Abah: “Benar. Kalau yang disebut makhluk hidup?”
S4: “Manusia, hewan, dan tumbuhan?”
Abah: “Benar. Kalau hewan dan tumbuhan butuh makan tidak?”
S4: “Butuh.”
Abah: “Nah, jadi bukan manusia saja kan yang butuh makanan?”
S4: “Oh iya. Jadi ada makanan untuk makhuk lain ya Abah?”
Abah: “Iya. Kalau Mas Safir belajar sains, itu ada namanya rantai makanan. Ada yang namanya hewan pemangsa atau disebut predator. Hewan-hewan tertentu itu ada di bumi mungkin tidak boleh dimakan manusia, tapi dapat menjadi makanan makhuk lain kan?”
S4: “Begitu ya Abah.”
Abah: “Jadi haram untuk manusia, belum tentu haram untuk makhluk lain kan?”
S4: “Iya ya.”
Abah: “Mas Safir tahu arti haram?”
S4: “Nggak.”
Abah: “Haram itu artinya dilarang dalam bahasa Indonesia. Dilarang menurut agama tentunya. Alasan kedua, karena Allah ingin menjaga kita, menyayangi kita karena umumnya makanan-makanan yang haram itu jika dikonsumsi membahayakan atau tidak baik untuk manusia.”
S4: “Tidak baik seperti apa Abah?”
Abah: “Pertama, membahayakan tubuh. Seorang muslim tidak boleh mengonsumsi makanan dan minuman yang cepat atau lambat mengakibatkan kematian atau mengakibatkannya jatuh sakit. Sehingga Allah mengharamkan semua yang membahayakan tubuh, meskipun suci, seperti racun, makanan basi, daging bangkai, kaca, maupun tanah.”
S4: “Hah tanah?”
Abah: “Iya. Tanah kan suci dalam agama kita. Tidak najis. Tapi tetap haram jika membahayakan.”
S4: “Memang ada orang makan tanah?”
Abah: “Ya mungkin saja ada manusia yang aneh, coba-coba.”
S4: “Berati sendal, sendok, kaca, besi, juga haram ya Abah?”
Abah: “Semua yang dianggap membahayakan oleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, kesehatan boleh jadi dianggap haram, Nak. Dalam surat Al-Baqarah ayat 195, Allah berfirman ‘Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.’ “
Abah : “Kedua, makanan itu diharamkan karena membahayakan otak, jadi hilang pikiran atau hilang akal.”
S4: “Hilang pikiran? Menghilang kemana?”
Abah: “Hehe.. maksudnya kalau makan makanan itu kita jadi tidak sadar. Seperti jadi mabuk. Saat mabuk, orang akan hilang kesadaran. Jangankan mabuk, Mas pernah merasa pusing atau sakit kepala tidak?”
S4: “Pernah.”
Abah: “Kalau sakit kepala sepedaan enak tidak?”
S4: “Tidak. Pengen tidur aja.”
Abah: “Kalau sakit kepala, sepedaan saja tidak enak. Mungkin bisa celaka kalau dipaksa, nabrak-nabrak. Apalagi kalau mabuk. Di beberapa negara mengemudi kendaraan sambil mabuk itu pelanggaran hukum berat karena seringkali menyebabkan kematian, nabrak orang, mencelakai diri.”
S4: “Kenapa orang bisa mabuk?”
Abah: “Ada minuman atau makanan tertentu yang jika kita konsumsi memang dapat memabukkan dan akhirnya membuat kita jadi kehilangan kesadaran. Kalau bahasa Qur’an itu disebut Khamr seperti di surat Al-Maidah ayat 90.
Abah: “Alasan ketiga, makanan itu untuk menguji kesetiaan atau kepatuhan manusia pada Tuhannya. Misalnya dalam Quran surat Al-Maidah ayat 3 Allah mengharamkan kita manusia untuk makan bangkai, kecuali bangkai ikan dan belalang ya, Nak. Lalu haram makan darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Umumnya dalam makanan itu ada yang membahayakan jika dikonsumsi. Jadi bisa saja ayam, kambing juga haram jika saat disembelih bukan pakai cara Allah. Secara kesehatan misalnya jika kita makan makanan daging ayam itu tidak membahayakan tapi karena tidak disembelih dengan nama Allah, tetap jadi haram.”
S4: “Kenapa bisa begitu?”
Abah: “Ya tadi untuk menguji kesetiaan manusia pada Tuhannya.”
S4: “Mas nggak paham.”
Abah: “Mas Safir pernah punya kue tidak?”
S4: “Pernah dong.”
Abah: “Terus pernah ngasih sama adiknya?”
S4: “Pernah.”
Abah: “Mas karena lagi baca buku. Adik Mas ngomong gini ‘Mas, minta wafernya ya?’ Terus Mas ngomong ‘Iya ambil aja, satu aja ya!’. Eh ternyata adiknya Mas malah ambil tiga. Pendapat Mas pada adik Mas gimana?”
S4: “Nyebelin.”
Abah: “Suka tidak?”
S4: “Ya tidaklah. Nggak pengen ngasih lagi!”
Abah: “Kalau ternyata cuma ambil satu?”
S4: “Ya berarti Babasnya udah benar.”
Abah: “Demikian juga, Nak. Allah itu sebetulnya tidak rugi kalau kita makanan yang haram kek, yang membahayakan kek. Tapi Allah ingin menguji manusia. Mau nurut tidak, mau taat tidak. Makin taat, maka kita makin baik untuk kita sendiri. Tapi sebetulnya lebih banyak yang halal daripada yang haram. Lebih banyak yang boleh daripada yang tidak boleh. Mas Safir coba sebutkan makanan yang halal?”
S4: “Tempe goreng, nasi goreng, bala-bala goreng, cireng goreng….”
Abah: “Gorengan semua dong. Hampir semua buah-buahan halal. Sedikit aja buah yang haram.”
S4: “Emang ada?”
Abah: “Coba tebak!”
S4: “Buah apa ya.. nggak tahu.”
Abah: “Buah mangga!”
S4: “Abah kan sering makan buah mangga kok haram dimakan?”
Abah: “Iya buah mangga haram kalau dimakan sama keranjang buahnya.”
S4: “Ah Abah mah…. “