SOP Anti Penindasan (Bullying) di Sekolah

Oleh: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari

22-Sep-2022


Lembaga pendidikan seperti sekolah atau pesantren adalah tempat dimana generasi penerus seharusnya mendapat dukungan untuk menjadi manusia yang bertumbuh dan berkembang menjadi manusia yang bertambah baik, mengembangkan potensi kebaikannya. Sayangnya, tak hanya nilai-nilai baik, terkadang mereka pun mendapatkan asupan atau paparan buruk dari sekolah bukan dari pembelajaran di kelasnya tentunya, tapi dari pergaulan dengan teman-temannya. Termasuk di dalamnya adalah penindasan atau bullying.


Modus bullying dari sejak jaman dulu begitu-begitu saja: menindas, merendahkan, memeras, mengejek, mengancam, menyakiti dan yang tak kalah menyakitkan yaitu mengucilkan. Meski demikian, dampaknya tidak “begitu-begitu saja”, dampaknya justru dapat menahun disimpan oleh seorang anak dan merusak kejiwaannya. Tak jarang, bullying juga mengancam nyawa. Mirisnya ini juga sering terjadi di lembaga pendidikan termasuk sekolah. 

Jika mau diamati, peluang terjadinya bullying di sekolah dari sejak kita kecil adalah waktu dan tempat dimana guru tidak mengawasi: di jam istirahat, di luar kelas termasuk di tempat area toilet atau tempat ibadah yang tidak ada pengawasan guru di sana. Sayangnya di waktu-waktu ini dan di tempat-tempat ini guru sering tidak hadir. Alasannya: istirahat! 

Jika mau serius menghilangkan pendindasan atau bullying di sekolah, maka sekolah seharusnya melakukan pengawasan penuh di jam-jam rentan ini. Bullying terjadi karena ada kesempatan bukan? Sekolah tak boleh lepas tangan di waktu-waktu ini. Karena selama di sekolah, anak-anak adalah tanggung jawab sekolah. 

“Memangnya dijamin jika diawasi anak tidak celaka?”

Begini, prinsipnya yang harus “diaudit” adalah ikhtiarnya bukan? Usahanya? Diawasi saja masih dapat celaka. Apalagi tidak diawasi. 

“Kapan guru istirahat dong kalau harus ngawasi termasuk di jam istirahat?” 

Ini sebetulnya masalah sistem. Jika sistem dan SOP nya baik di sekolah, maka dapat dilakukan dengan misalnya piket bergantian jika ini dilakukan oleh guru. Tapi pengawasan ini juga dapat dilakukan oleh petugas lain: security, penjaga sekolah, dan petugas lain yang dapat diberikan amanah. 

“Di sekolah kami kan ada CCTV, jadi gak perlu lah diawasi!”

Saya berpendapat harus dirubah mindset soal pengawasan lewat teknologi ini. Dia lebih berfungsi saat sudah kejadian ada alat bukti jika penindasan sudah terjadi, bukan mencegah. Pengawasan dari SDM sekolah adalah yang utama, bukan CCTV. 

“Di sekolah sudah diawasi juga percuma, di luar sekolah, saat jam pulang, di jalan misalnya, anak-anak masih juga dibully kan? Untuk apa pakai ngawasin anak segala? Sampai kapan anak diawasi? Kan merepotkan!”

Begini, jika anak dapat perlakuan penindasan di luar sekolah, ya tentu saja itu bukan tanggung jawab sekolah. Tapi karena yang kita bicarakan sekolah adalah area sekolah, maka mari maksimalkan ikhtiar di sekolah untuk mencegah ini. 

Sekolah dapat membuat standar yang tetap (Standar Operational Procedure) yang harus dipatuhi semua warga sekolah: guru, penjaga, security, staf, murid. Selain membuat jam pengawasan penuh saat anak datang sampai anak pulang di gerbang sekolah, untuk anak-anak usia belum dewasa, SOP lain adalah dengan membuat panduan perilaku siswa dan guru yang detail, termasuk batasan-batasan perilaku dan juga menyiapkan konsekuensi yang jelas saat melewati batas tersebut. Sehingga jadi anak yang jadi “pelaku”, orangtua murid gak kaget, karena mereka dari awal sebelum masuk sudah diberikan panduan perilaku tersebut dan memahami konsekuensi yang akan didapatkan. 

Selain itu, desain sekolah yang baik dapat juga mengurangi area di mana anak tanpa pengawasan. Sebaiknya memang toilet pun dibuat di area dekat kelas yang “terawasi” guru, bukan jauh dari kelas. Bahkan dalam rancangan sekolah kami, area toilet SOP-nya harus di dalam kelas. Sehingga guru dapat “keep on eye” terhadap muridnya saat murid hendak ke toilet. 



0 Komentar



Komentar :

Wiji Ayu Prihatin
Posted : 24-11-2022
MasyaAllah namanya belajar tidak akan pernah berhenti