Di rumah saya, semuanya disediakan closet duduk. Tapi ternyata tidak baik juga untuk anak-anak saya. Kenapa? Di beberapa tempat di Indonesia, sepertinya masih banyak yang masih pake closet jongkok. Jadi anak-anak yang belum besar terutama, hampir semuanya mencapai satu titik: mereka merasa jijik dengan closet jongkok. Ada bahkan satu anak saya sampai menahan buang air besar hanya gegara merasa jijik ini. Yang terjadi kemudian karena tidak tahan, dia malah BAB di celana jadinya. Duh..
Karena itu di sekolah yang saya rancang, wc dan toilet ini benar-benar detail diperhatikan. Ini ternyata bukan sekadar masalah kebersihan fisik tapi bagian dari pelajaran beradaptasi untuk anak-anak. Standar operational procedurenya diantaranya adalah:
Pertama, WC harus ada di dalam kelas agar anak-anak terpantau keluar masuk. WC yang di luar umum kelas umumnya jauh dari pengawasan guru dan jauh dari kelas. Untuk anak-anak usia dini rentan dari segi safety. Untuk anak yang lebih besar, toilet juga umumnya rentan sebagai tempat terjadinya penindasan (bullying).
Tentu agar tidak “bau” karena memang di dalam ruangan, harus disediakan blower yang cukup dan mungkin sedikit pengharum.
Kedua, setiap kelas harus memiliki dua wc, dengan satu closet duduk dan satu closet jongkok. Ini untuk mengajarkan anak kemampuan adaptasi. Karena kita hidup di Indonesia yang masih banyak closet jongkok. Jika anak terbiasa dengan closet duduk, maka ia harus dilatih untuk menggunakan closet jongkok. Jika ia terbiasa dengan closet jongkok, maka ia harus dilatih untuk terampil menggunakan closet duduk.
Closet duduk dan jongkok, masing-masing memiliki kelebihan. Jika kita berada di wc publik, tak semuanya menyediakan tisu dan cairan pembersih kuman. Maka, pilihan closet jongkok dapat menjadi lebih higienis. Tapi dari segi kenyamanan, jika memang bersih dan higienis, closet duduk dapat menjadi pilihan.
Ketiga, anak-anak selain harus dilatih dapat menggunakan kedua jenis closet tersebut, mereka juga harus dilatih bagaimana menggunakan closet dengan benar dan berbilas (cebok) dengan benar. Tentu bagian ini melibatkan latihan juga di rumah oleh orangtua. Bagi saya, kemampuan berbilas ini bahkan jauh lebih penting dibandingkan dengan kemampuan membaca untuk anak usia dini. Karena di usia tertentu (7 tahun) kemaluan mereka tidak boleh lagi disentuh siapapun. Orangtuanya saja sudah tidak boleh, apalagi gurunya bukan?
Mengapa usia segini sudah tidak boleh disentuh? Karena usia segini mereka sudah mulai merasakan sensasi atas stimulasi meski hormon-hormon seksual mereka belum berkembang. Ini sebetulnya untuk membiasakan anak untuk dapat menjaga tubuhnya sendiri dengan baik sehingga mereka faham hanya diri mereka yang berhak menyentuh tubuh bagian dalam mereka, bukan yang lain.
Bukan hanya berbilas, tapi juga bagaimana membersihkan kembali dengan benar sehingga orang yang sesudahnya dapat menggunakan kembali wc dengan nyaman.