Saya yakin sebagian besar kita akan setuju bahwa ada banyak manfaat jika anak kita memiliki kebiasaan gemar membaca. Tapi, sebelum anak kita bisa membaca buku sendiri, tugas kitalah orangtua untuk membuat dan merangsang mereka gemar membaca. Sebelum mereka dapat membaca buku sendiri, tentu saja kitalah orangtua yang seharusnya rutin membacakan untuk mereka.
Bagi saya, sebetulnya bagus loh anak-anak tidak terlalu dini bisa membaca. Kenapa? Karena saat mereka belum bisa membaca sendiri, saya menikmati betul hampir setiap hari anak saya dekatin saya lalu berkata "Abah, bacain buku ini. Abah ayo cerita buku ini. " Mereka duduk di dekat saya, di pangku saya. Rasanya nikmat sekali dibutuhkan anak.
Berbeda saat mereka sudah bisa membaca, mereka lebih asyik membaca buku sendiri. Anak-anak saya yang sudah besar, apalagi yang sudah kuliah, mana bisa sering minta dibacakan buku. Hehe
Karena itu rugi rasanya bagi saya jika anak-anak yang masih balita ini terlalu dini bisa membaca, peluang untuk menjalin hubungan intens, mendekatkan hati dengan anak, menjadi tempat referensi antusiasme pertanyaan anak malah makin berkurang.
Bahagia rasanya bagi saya saat anak -anak belum bisa membaca kemudian bertanya langsung kepada saya orangtuanya, menjadikan saya satu-satunya sumber referensi buat mereka sebelum nanti mereka bertambah usia, ada orang lain jadi referensi mereka.
Misalnya mereka sering bertanya pertanyaan-pertanyaan semacam ini: "abah kenapa kunang-kunang bercahaya, abah kenapa ada siang ada malam, abah kenapa perempuan haid, abah kenapa ada anak nakal dan puluhan atau ratusan pertanyaan yang ditembakkan pada anak menjadikan kita sendiri jadi terdorong untuk terus belajar.
Agar kita terus bersemangat membacakan buku pada anak sampai mereka benar-benar sudah dapat membaca buku sendiri, kali ini saya sedikit share beberapa manfaat yang akan didapatkan jika kita rutin membacakan buku pada anak.
PERTAMA: membacakan buku pada anak berarti membantu anak kita menemukan kebenaran.
Bagi saya membacakan buku pada anak, membuat mereka berinteraksi dengan buku pada dasarnya bukan sekadar menambah wawasan atau pengetahuan. tapi yang paling penting adalah membantu anak kita menemukan kebenaran.
Jika sekadar menambah wawasan, jaman sekarang informasi melimpah dimana-mana. Pertanyaannya, apakah semua informasi itu dapat berdampak positif untuk kita? Apakah wawasan yang banyak itu dapat bermanfaat untuk hidup kita jika tidak kita pilih dan pilah? Belum tentu kan. Apa gunanya bagi hidup kita saat mengetahui bahwa misalnya panpriya manhoban ternyata aslinya orang thailand bukan orang korea?
Eh bentar-bentar siapa itu panpriya manhoban? Pengen tahu? ah gak penting juga kan. Ya sudah kalo maksa saya kasih tau, itu loh nama aslinya Lisa, salah satu personel blackpink asal korea.
Lah kok saya tahu? Haha sekadar gimmick dong ah! Gak usah serius.
Ok balik lagi ke manfaat soal menemukan kebenaran. Maksudnya, saat membacakan buku pada anak, tentu saja tidak sembarangan buku yang kita bacakan pada anak kan? Orangtua pasti akan memilih dan memilah dulu buku yang layak dibaca anak, orangtua pasti sedikit melihat-lihat dulu bukunya kan? Sesuai gak dengan nilai-nilai keluarga, sesuai gak dengan nilai-nilai yang kita anut. Apa yakin kita mengizinkan anak kecil membaca buku yang ada percintaan, kan gak ya?
Lalu setelah dipilih, kita bacakanlah buku pada anak kita. Saat membacakan buku biasanya sepanjang jalan anak-anak jika sudah antusias pasti juga banyak bertanya pada kita. Pertanyaan-pertanyaan anak inilah yang akan membantu anak mengasah diri untuk dapat menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak mereka. Makin bertambah usia anak kita, tentu saja pertanyaan itu bukan makin berkurang tapi makin banyak.
Saat anak-anak kita belum banyak referensi, lalu kita dijadikan referensi satu-satunya, bukankah itu bagus untuk menjadi dasar dan bekal mereka kelak?
KEDUA: RUTIN membacakan buku pada anak, memberikan peluang lebih besar terjadinya pewarisan nilai-nilai kebaikan dari orangtua.
Saat orangtua membacakan buku pada anak, biasanya kita tidak mentah-mentah membacakan buku pada anak sesuai teks. Sebagian besar kita pastilah menambahkan teks itu agar menarik anak dengan ekpsresi kita, intonasi suara kita, juga tambahan bumbu opini dan pendapat kita.
Nah saat kita memasukan pendapat kita berarti ada nilai-nilai yang kita masukkan pada cerita buku itu. Dan bayangkan jika kita rutinkan itu tiap hari, bertahun-tahun, apa yang terjadi? Software yang terinstall pada otak anak kita, kira-kira bakal banyak banget kan dari kita?
Jangan dibalik ya, anak-anak ini belum banyak terinstall nilai kita orangtuanya, eh malah udah begitu saja diserahkan untuk diprogram sama orang-orang asing di media sosial. Lalu saat sebagian mereka berperilaku tidak sesuai nilai kita, sebagian kita protes "ini gagara kamu nonton youtube sama main tiktok terus sih!" Lah..
KETIGA: RUTIN membacakan buku pada anak menasihati anak tanpa mereka merasa dinasihati.
Hmmm ini nih manfaat yang amazing. Sebagian besar nasihat orangtua pastilah baik kan. Tapi jika overdosis langsung diucapkan tiap hari, yakinkah semua nasihat baik itu akan menghasilkan perbaikan? Apalagi, jika nasihat itu disampaikan saat anak bermasalah lalu kita dalam keadaan marah, apakah benar nasihat itu akan masuk ke dalam pikiran anak dan diterima sebagai sebuah kebenaran?
Nah saat anak-anak itu kita bacakan buku dan misalnya anak itu tertarik dengan buku yang kita bacakan, pada dasarnya kita lagi "menembakkan" pesan-pesan itu pada anak kita. Apalagi anak-anak kita masih belum banyak referensi dari luar, bakal jadi bekal bagus buat hidup mereka kan?
KEEMPAT: Buku menstimulasi kemampuan komunikasi.
Jika cara membacakan bukunya benar, setiap hari pada dasarnya anak kita menambah kosakata baru kan?
Bukan hanya itu, mereka juga sebetulnya saat bertanya, kepo, lalu mengungkapkan pada kita, mereka juga berarti belajar mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka pada kita orangtuanya. Kelihatannya sepele ya? Tapi andaikan kita scanging otak anak kita, terjadi proses pengolahan informasi yang sangat kompleks pada anak.
KELIMA: ini tambahan saya agar kita bersemangat membacakan buku dari perspektif agama saya. Membacakan buku pada anak pada dasarnya juga adalah salah satu jalan kita mengajak anak pada kebaikan.
Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Mas’ud; Uqbah bin Amir Al-Anshari yang berkata bahwa Rasulullah bersabda:
“Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya pahala yang sama dengan orang yang mengerjakan kebaikan itu.” (HR. Muslim)
Senada dengan hadits di atas, Abu Hurairah juga meriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Barang siapa menyeru kepada kebaikan, maka baginya pahala yang sama dengan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa yang sama dengan dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)
Bayangkan jika anak-anak kita setelah dewasa berbuat baik gara-gara dapat inspirasi dari buku-buku yang kita bacakan pada mereka. Betapa banyak ladang pahala kita sebagai orangtua terus mengalir? Istimewanya tanpa mengurangi sedikit pun pahala anak-anak kita bukan?
Kira-kira itu beberapa manfaat diantara banyaaaaaak sekali manfaat jika kita rutin membaca buku pada anak-anak kita. Semoga membuat kita makin semangat ya untuk merutinkannya.
Lalu bagaimana agar anak kita tertarik dan ketagihan terus menerus dibacakan buku oleh kita orangtuanya? kita dibahas di tulisan selanjutnya ya.